Hubungan antara Tata
Guna Lahan dan Sistem Transportasi Sebagai Pendekatan Sistem dalam Perencanaan Pembangunan yang
berkelanjutan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kota merupakan suatu
sistim jaringan kehidupan yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak
materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan
gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan
materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya (Radonkey dalam link http://radonkey.blogspot.com/2010/02/ pengertian-kota.html).
Jumlah penduduk yang tinggi sedangkan luas lahan yang
tidak bertambah merupakan suatu permasalahan kompleks dalam rana kehidupan di
perkotaan. Penyebab keterbatasan lahan yang tejadi di perkotaan tidak
sepenuhnya disebabkan oleh tingkat kepadatan yang tinggi, melainkan dari alih
fungsi lahan yang ada menjadi lahan peruntukan bisnis. Dalam sebuah dokumen
Rencana Tata Ruang suatu wilayah, telah ditetapkan didalamnya tentang
pembagian-pembagian zona penggunaan lahan pada suatu kawasan yang berdasarkan
dari karakteristik dan potensi yang ada pada wilayah tersebut. Namun pada
kenyataannya sekarang ini, banyak terjadi alih fungsi lahan yang menyimpang
dari dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebenarnya terjadinya alih fungsi lahan menjadi kawasan
bisnis ini tidak apa-apa jika dalam pelaksanaannya tidak menghambat
aktivitas-aktivitas masyarakat yang hidup pada wilayah tersebut. Tapi yang
terjadi sekarang ini utamanya di kota-kota besar, permasalahan tersebut semakin
bertambah parah. Akibat yang ditimbulkan
dari alih fungsi lahan ini yaitu berdampak pada sistem transportasi kota yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya
karena menimbulkan kemacetan dan dapat menghambat aktivitas-aktivitas
masyarakat.
Bertitik tolak dari permasalahan diatas, maka makalah ini
akan membahas hubungan antara tata guna lahan dan sistem transportasi sebagai
suatu pendekatan sistem dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dari penulisan makalah ini, yaitu:
1.
Bagaimana hubungan
antara tata guna lahan dan sistem transportasi
sebagai suatu pendekatan sistem dalam perencanaan pembangunan yang
berkelanjutan?
2.
Bagaimana alternatif
penyelesaian masalah yang efektif dan efisien dalam memperbaiki sistem
transportasi diperkotaan?
1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan
1.3.1. Maksud Penulisan
Maksud dari
penulisan makalah ini adalah:
a. Mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan tata guna lahan
dan sistem transportasi di perkotaan.
b. Mengidentifikasi alternatif penyelesaian permasalahan
transportasi di perkotaan yang berorientasi pada perencanaan pembangunan yang
berkelanjutan.
1.3.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui pokok-pokok permasalahan tata guna lahan
dan sistem transportasi di perkotaan.
b. Untuk mengetahui alternatif penyelesaian permasalahan
transportasi di perkotaan yang berorientasi pada perencanaan pembangunan yang
berkelanjutan.
1.4.
Ruang
Lingkup
Pembahasan
yang terdapat dalam makalah ini meliputi materi yang terkait dengan sistem transportasi perkotaan kaitannya dengan tata guna
lahan, yang dibatasi pada pembahasan mengenai
permasalahan yang terdapat pada sistem transportasi
tersebut serta beberapa pendekatan sistem yang dapat dijadikan metode pemahaman
lebih lanjut agar antara tata guna lahan dan sistem
transportasi sehingga dapat bersinergi dengan perencanaan pembangunan
berkelanjutan.
1.5.
Sistematika
Pembahasan
Dalam
sistematika pembahasan ini, untuk mempermudah dalam penyajian serta penulisan
laporan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I :
PENDAHULUAN
Dalam
bab ini menyajikan latar belakang, rumusan masalah, maksud
dan tujuan, ruang lingkup, dan
sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam
bab ini membahas tentang pengertian pendekatan sistem terhadap tata guna lahan dan sistem transportasi, pengertian pembangunan berkelanjutan, dan alternatif yang
efektif dan efisien dalam memperbaiki sistem transportasi diperkotaan
BAB III : STUDI KASUS
Dalam
bab ini membahas tentang studi kasus yang dapat dijadikan sebagai refleksi
dalam mengatur manajemen sistem transportasi perkotaan.
BAB IV : PENUTUP
Dalam
bab ini menyajikan tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penulisan
makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendekatan Sistem terhadap Tata
Guna Lahan dan Sistem Transportasi
Untuk
memperoleh alternatif
pemecahan masalah transportasi yang berkaitan dengan aspek tata guna lahan
secara efektif dan efisien, maka
terlebih dahulu kita harus
memahami mengenai sistem
transportasi secara menyeluruh (makro), peran tata guna lahan terhadap timbulnya
permasalahan serta dampak permasalahan terhadap lingkungan. Sistem ini mencakup
beberapa sub-sitem (mikro) yang berkaitan (lihat gambar 1).
Gambar 1: Pendekatan Sistem Transportasi
berkaitan dengan tata guna lahan,
lingkungan dan
energi.
Sub
sistem kegiatan merupakan
sistem kegiatan tertentu
yang membangkitkan pergerakan dan dapat menarik pergerakan. Sistem ini berkaitan erat
dengan pengaturan pola tata guna lahan sebagai unsur terpenting dalam
pembentukan pola kegiatan kota atau daerah. Sistem tersebut dapat merupakan
suatu gabungan dari berbagai sistem
pola kegiatan tata guna lahan (land use) seperti kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dsb. Kegiatan yang
timbul dalam sistem
ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu
dilakukan setiap hari, besarnya pergerakan yang ditimbulkan tersebut sangat
berkaitan dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan. Pergerakan
tersebut membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat
moda tersebut bergerak. Prasarana yang diperlukan merupakan bagian dari system
jaringan meliputi jaringan jalan raya, terminal, dll. Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan
menghasilkan suatu pergerakan. Dari ketiga sub sistem tersebut, masih diperlukan sistem kelembagaan. Sistem ini terdiri dari
individu, kelompok, lembaga, instansi pemerintah serta swasta yang terlibat. Di
Indonesia sistem
kelembagaan yang berkaitan dengan transportasi adalah:
1. system kegiatan:Bappenas, Pemda
2. system jaringan: Dep. Perhubungan, Bina
Marga
3. system pergerakan :DLLAJR,Polantas.
Seluruh
kebijaksanaan yang diambil oleh masing-masing kelembagaan harus terkait dan
terkoordinasi dengan baik. Secara umum dapat disebutkan, bahwa Pemerintah,
Swasta dan Masyarakat harus ikut berperan dalam mengatasi masalah transportasi,
Karena hal ini merupakan masalah bersama yang memerlukan penanganan dan
keterlibatan semua pihak. Selain dari semua sub system diatas terdapat suatu
aspek yang harus selalu diperhatikan dalam pengadaan system transportasi yaitu
aspek lingkungan.
2.1.1 Pendekatan Sistem Kegiatan
Pendekatan
terhadap system kegiatan ini sebenarnya sangat banyak macam dan faktornya,
namun pada pembahasan ini ditekankan pada aspek pola tata guna lahan dalam
suatu kota. Keterkaitan antara system kegiatan (model tata guna lahan) dengan
system transportasi dapat dilihat bahwa perencanaan transportasi untuk masa
yang akan datang selalu dimulai dari perubahan dan perkembangan tata guna
lahan. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui perencanaan tata guna lahan
dalam merencanakan system angkutan.
Jika
manfaat lahan di setiap daerah untuk suatu kota telah diketahui, maka ini
memungkinkan kita untuk memperkirakan lalu lintas yang dihasilkan (Tato, 2009 dalam link http://syahriartato. wordpress.com/2009/12/28/tata-guna-lahan-sistem-transportasi-sebagai -subsistem-dalam-perencanaan-pembangunan-yang-berkelanjutan/). Dari hal tersebut
maka kita dapat mengetahui sejauh mana tingkat kebutuhan akan jasa transportasi
yang merupakkan masukan yang berguna untuk merencanakan sampai tingkat mana
fasilitas-fasilitas transportasi akan disediakan.
Keterkaitan
guna lahan dengan arus lalu lintas adalah sebagai berikut:
-
Arus lalu lintas
ditentukan menurut pola tata guna lahannya dan tingkat pelayanan system
transportasinya.
-
Kalau arus lalu lintas
dalam jangka waktu yang lebih lama (panjang) semakin bertambah, hampir pasti
bahwa pola tata guna lahan dan tingkat pelayanan transportasinya mengalami
perubahan.
Pengaturan
tata guna lahan di kota-kota saat ini memang menjadi suatu permasalahan yang
sangat sulit dan rumit mengingat pertumbuhan dan perkembangan nilai lahan yang
sedemikian tinggi serta kepadatan bangunan yang sangat tinggi pula.
2.1.2
Pendekatan Sistem Jaringan
Jaringan
transportasi adalah jaringan prasarana trasnportasi (lintasan jalan, lintasan penyeberangan,
lintasan transportasi laut, lintasan rel) dan simpul sarana transportasi (terminal,
pelabuhan, bandara). Dalam hal ini akan dibahas mengenai system transportasi
darat, sistem jaringan (prasarana) meliputi jalan dan terminal.
Jaringan
jalan merupakan suatu kesatuan jalan yang mengikat dan menghubungkan
pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam suatu hubungan hirarki. System jaringan jalan dengan peranan pelayanan,
jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional dengan
simpul jasa distribusi disebut jaringan jalan primer, dan system jaringan jalan
dengan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota membentuk
system jaringan jalan sekunder.
Transport
jalan raya seringkali dikatakan sebagai urat nadi bagi kehidupan dan
perkembangan ekonomi, social, dan mobilitas penduduk yang tumbuh mengikuti
maupun mendorong perkembangan yang terjadi pada berbagai sector dan bidang
kehidupan tersebut. Dalam hubungan ini transportasi khususnya transportasi
jalan raya, menjalankan dua fungsi, yaitu sebagai unsur penting yang melayani
kegiatan-kegiatan yang sudah/sedang berjalan (the servicing function) dan
sebagai unsur penggerak penting dalam proses pembangunan (the promoting
function).
Dalam
angkutan jalan raya, system jaringan jalan dan kendaraan bermotor tidak dapat
dipisahkan. Dimana dalam pembangunan jaringan jalan harus memperhatikan jumlah
kendaraan yang akan melewatinya. Permasalahan yang muncul, kondisi system
transportasi yang memburuk akibat meningkatnya motorisasi yang diperparah
akibat lebih tingginya kenaikan jumlah kendaraan bermotor dibanding kecepatan
pembangunan jalan. Hal ini menggambarkan bahwa system penyediaan dan system
permintaan terdapat ketimpangan sehingga system transportasi tidak berjalan
dengan efektif dan efisien. Salah satu contoh dari permasalahan yang
ditimbulkannya yaitu dapat menimbulkan kemacetan diakibatkan kapasitas jaringan
jalan tidak sesuai dengan kendaraan yang ada.
2.1.3 Pendekatan Sistem
Pergerakan
Transportasi
yang baik yaitu transportasi yang dapat memberikan kenyamanan, biaya murah dan
efesiensi waktu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
flow/jaringan transportasi untuk mengurangi masalah yang muncul yaitu dengan
melakukan intervensi pada sarana transportasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memberlakukan system angkutan massal, dimana dengan hal tersebut kita
dapat mengurangi system pergerakan pada jalan raya, juga sebagai suatu langkah
antisipasi dalam peningkatan kepadatan lalu lintas.
2.1.4 Transportasi dan
Dampak Lingkungan
Kemacetan,
polusi, konservasi energy dan penurunan kesehatan masyarakat adalah beberapa
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pergerakan kendaraan bermotor.
Kemacetan lalu lintas tidak hanya mengurangi efisiensi pengoperasian
transportasi, tetapi juga membuang waktu dan energy, menimbulkan polusi yang
berlebihan, membahayakan kesehatan masyarakat dan mempengaruhi ekonomi
masyarakat.
Kemacetan
lalu lintas juga dapat membahayakan kesehatan. Konsentrasi Karbon
monoksida yang tinggi pada jalan yang padat akan menghalangi aliran oksigen
untuk para pengemudi, sehingga akan mempengaruhi kinerja pengemudi. Hal ini
akan berakibat pada menipisnya lapisan ozon yang selanjutnya mengakibatkan
sesak napas, batuk, sakit kepala, penyakit paru-paru, penyakit jantung,dan
kanker. Tingkah laku agresif dan reaksi psikologis juga berhubungan dengan
kondisi kemacetan lalu lintas.
2.2. Pengertian Pembangunan
Berkelanjutan
Dari tinjauan masalah keterkaitan sistem transportasi
terhadap tata guna lahan beserta dampaknya pada lingkungan, maka dapat dilihat
kontribusi yang sangat besar dari masalah transportasi terhadap kenyamanan dan
kelestarian lingkungan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (laha, kota, bisnis,
masyarakat, dan sebagainya) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan" (Oman, 2011 dalam link http://id.
wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan).
Ada
lima ide pokok besar yang mendasari konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu
sebagai berikut:
a. Proses
pembangunan mesti berlangsung secara berlanjut, terus-menerus, dan continue,
yang ditopang oleh sumber alam, kualitas lingkungan, dan manusia yang
berkembang secara berlanjut pula.
b. Sumber
daya alam (terutama udara, air, dan tanah) memiliki ambang batas, di mana
penggunaannya akan menciutkan kuantitas, dan kualitasnya.
c. Kualitas
lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup.
d. Pola
penggunaan sumber alam saat ini mestinya tidak menutup kemungkinan memilih opsi
atau pilihan lain di masa depan.
e. Pembangunan
berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi, sehingga kesejahteraan
bagi generasi sekarang tidak mengurangi kemungkinan bagi generasi selanjutnya
untuk meningkatkan kesejahteraannya pula”.
2.3.
Alternatif
Penyelesaian Masalah yang Efektif dan Efisien dalam Memperbaiki Sistem
Transportasi Diperkotaan
Mengacu pada pembahasan sub-bab sebelumnya, maka alternatif
yang dapat ditempuh dalam memperbaiki sistem transportasi perkotaan agar tidak
mengganggu sebaran aktivitas manusia (landuse), yaitu sebagai berikut:
a.
Perencanaan
Transportasi (Sistem Perjalanan)
Pengertian transportasi
suatu usaha pemindahan atau pergerakan barang atau orang dari lokasi asal ke
lokasi tujuan. Sedangkan pengertian Sistem transportasi kota adalah suatu
kesatuan daripada elemen-elemen, komponen-komponen yang saling mendukung dan
bekerja sama dalam pengadaan transportasi yang melayani wilayah perkotaan.
Konsep perencanaan transportasi biasanya dilakukan secara berturut sebagai
berikut :
Ø
Aksesibilitas
Suatu
ukuran potensial atau kesempatan untuk melakukan perjalanan. Konsep tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi problem yang terdapat dalam sistem
transportasi dan mengevaluasi solusi-solusi alternatif.
Ø
Pembangkit
lalu lintas
Besaran perjalanan yang dibangkitkan oleh tata guna
tanah.
Ø
Sebaran
pergerakan
Besaran perjalanan secara geografis di dalam daerah perkotaan.
Ø
Pemilihan
moda transportasi
Menentukan
faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi untuk suatu tujuan
perjalanan tertentu.
Pemilihan
rute
Ø
Menentukan
faktor yang mempengaruhi pemilihan rute antara zona asal dan tujuan.
Ø
Hubungan antar waktu, kapasitas
dan arus lalu lintas
Waktu tempuh perjalanan sangat dipengaruhi oleh kapasitas ruas jalan yang ada
dan jumlah arus lalu lintas yang menggunakannya.
b.
Perencanaan
Guna Lahan (Sistem Kegiatan)
Tata guna
tanah/lahan perkotaan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan
pembagian dalam ruang dari peran kota; kawasan tempat tinggal, kawasan tempat
kerja, kawasan tempat rekreasi dst.
Pola distribusi
kegiatan guna lahan pada saat sekarang sangat tidak teratur diakibatkan
banyaknya rencana kota yang diabaikan karena alasan ekonomi.
Faktor determinan yang mempengaruhi Guna
lahan:
– Faktor kependudukan,
a. Tingginya
aktifitas perkotaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan jumlah penduduk;
b. Perkembangan
jumlah penduduk tidak saja dipengaruhi oleh natural growth, akan tetapi arus
masuk (pergerakan penduduk) in migration
c. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi sangat berpengaruh pada spasial perkotaan
– Faktor kegiatan penduduk,
kegiatan-kegiatan penduduk seperti ekonomi, industry, perkantoran yang
esensinya menggunakan lahan sangatlah mempengaruhi tata guna lahan.
Pola penggunaan
lahan di kawasan perkotaan, umumnya terbentuk polarisasi yaitu munculnya
kutub-kutub pertumbuhan, atau meningkatnya daerah lain akibat dari aktifitas
yang berbeda dalam sebuah kota sehingga pergerakan penduduk di dasari kebutuhan
akan pekerjaan, tempat tinggal, fasilitas, dll.
c.
Meminimalkan
pergerakan dengan aktifitas ruang yang seimbang
Sebaran geografis
antara tata guna tanah (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari
fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung untuk mendapatkan volume dan
pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu lintas pada jaringan
transportasi akan mempunyai efek feedback atau timbal balik terhadap lokasi
tata guna tanah yang baru dan perlunya peningkatan prasarana.
Ada 2 masalah dalam
meminimalkan pergerakan akibat land use yaitu:
1. Bangkitan lalulintas , Bangkitan lalu lintas
tergantung dari land use sebuah daerah (permukiman, perkantoran, industry,
perdagangan, dll) mempunyai karakteristik bangkitan lalu lintas maupun
pergerakan yang berbeda-beda. Beberapa tipe antara lain :
a. Tipe land use yang menghasilkan lalu lintas yang
berbeda dengan land use lainnya
b. Land use yang berbeda menghasilkan tipe lalu lintas
yang berbeda (pejalan kaki, truk, mobil)
c. Land use yang berbeda menghasilkan lalu lintas
pada waktu yang berbeda
2. Jarak yang terlalu jauh yang mengakibatkan land
use yang jauh jaraknya bakal ditinggalkan dan akan beralih fungsi, sehingga
alih fungsi ini akan menimbulkan masalah baru.
Dalam hal ini perlunya dalam rencana tata guna lahan
memperhatikan zona-zona penyebaran distribusi
penduduk berdasarkan aktivitas penduduk yang saling berkaitan agar dapat menciptakan
efisiensi ruang di dalamnya sehingga interaksi
keruangan mampu di perbesar dengan jarak yang pendek dan aktivitas guna lahan
yang seimbang. Contohnya perkantoran (zona A) berdekatan dengan permukiman
(Zona B) sehingga penduduk yang tinggal di permukiman tidak akan terlalu jauh
melalukan pergerakan. Namun land use perkantoran dan permukiman lain yang
berjauhan dengan perdagangan (zona C) atau wisata (Zona D) tetap berimbang
karena system pergerakan yang lancar serta land use yang terbentuk di
sekitarnya mampu menjaga keharmonisan system pergerakan.
Hal ini agar menghindarkan pergerakan yang terlalu tinggi menuju suatu guna
lahan lain yang sebenarnya dapat di minimalkan, juga aktifitas tersebut dapat
berjauhan namun ada system jaringan yang baik juga disekitar system jaringan,
land use yang terbentuk untuk mendukung daerah tujuan.
d.
Konsistensi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan
sebelumnya
Tiga
alternatif penyeleasaian masalah diatas merupakan konsep perencanaan yang
sangat ideal tapi pada kenyataannya, konsep tersebut tidak dibarengi oleh
keadaan realita kota pada umumya. Jadi yang
harus ditekankan mengenai hal ini yaitu harus adanya konsistensi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena inti pokok dari permasalahan transportasi perkotaan yaitu
maraknya alih fungsi lahan menjadi kawasan bisnis padahal lahan yang digunakan
tersebut tidak sesuai dengan peruntukannya dan sudah jelas menyimpang dari Rencana
Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, pola
penggunaan ruang harus sesuai peruntukannya sehingga perencanaan transportasi
bisa terimplementasikan dengan baik.
BAB III
STUDI KASUS
Bercermin pada Manajemen Sistem Transportasi di Kota Bogota
Bogota
merupakan ibukota Kolombia, Amerika Selatan dengan kepadatan
penduduk 22.593/km2. Dimana tata kotanya kembali ke masa di
zaman penjajahan, tertata seperti kubus yang diadopsi dari Spanyol. Calle
adalah format jalanan yang terbentuk ke bukit menuju timur-barat dengan
penambahan nomor semakin ke utara di mana semua jalan diberi nomor.
Terdapat
sekitar 1000 kelurahan atau divisi yang membentuk jaringan kota. Area atau
keluarga dengan ekonomi yang lebih baik terpusat di utara dan timur-utara.
Keluarga dengan ekonomi lebih rendah terletak di selatan dan tenggara,
kebanyakan dari mereka terletak di pinggiran. Golongan menengah terpusat di
pusat kota bagian barat atau barat daya kota. Sebagai kota terbesar dan
terpadat di Kolombia, Bogota memiliki 7.881.156 penduduk di area metropolitan.
Bogota menjadi kiblat kota Jakarta dalam membangun transportasi perkotaan yang
berkelanjutan, terutama jalur bus khusus (busway) transjakarta. Lajur pejalan
kaki terbuka lebar dengan jalur sepeda (ciclovias) terlihat di sisi dalam dan
tengahnya.
Tidak ada
pedagang kaki lima di sana, kecuali pedagang asongan dengan jumlah sangat
terbatas. Hanya ada 1 atau 2 pedagang dalam jarak 1 atau 2 kilometer. Di hampir
semua sudut, sisi dan median jalan pasti terdapat taman yang tidak saja
ditumbuhi pepohonan hijau, tetapi juga tanaman hias dan aneka bunga. Ada taman
yang juga dilengkapi bangku, tong sampah dan arena bermain anak-anak seperti
perosotan dan ayunan. Ada tiga taman kota di Bogota yaitu Simon Bolivar, El
Solitre dan El Lago.
Bogota
memiliki sistem transportasi modern yang meliputi airport internasional, jalur
bis, taksi dan sistem massal TransMilenio dan kereta yang melayani transportasi
dari kota ke arah luar. Bus merupakan transportasi masal utama yang terdiri
dari dua sistem, tradisional dan transmilenio. Sistem tradisional meliputi
berbagai tipe bus yang dioperasikan oleh berbagai perusahaan pada jalan-jalan
tertentu. Ada tiga tipe bus yaitu bus untuk bus berukuran besar, buseta untuk
bus ukuran sedang dan microbus atau colectivo yang berupa van atau minivan.
Bus sendiri
terdiri dari dua kategori; “ejecutivo” yang merupakan layanan eksekutif dan
tidak melayani penumpang berdiri, dan “corriente” atau layanan biasa. Tiket bus
bervariasi, dari COP 900 hingga 1250 (sekitar US$ 0.40) pada Maret 2006. Bogota
juga merupakan penghubung bagi rute bus nasional dan internasional. Terminal
bus ini melayani rute ke banyak kota dan area di Kolombia dan merupakan yang
terbesar di seluruh negeri. Layanan internasional disediakan oleh beberapa
perusahaan ke Ekuador dan Venezuela.
1). TransMilenio
adalah sistem bus cepat, yang merupakan jaringan modern menghubungkan bus pada
jalur khusus (busway) dan bus berukuran kecil (feeder). Sistem ini melayani
area perumahan dan membawa penumpang ke area utama. Walaupun sistem ini sangat
efisien dan mampu membawa penumpang ke berbagai sudut kota, ini adalah sistem
termahal di seluruh kota (setelah taksi). Karena menggunakan bahan bakar solar
maka harga tiket terus membubung mengikuti harga minyak dunia. Saat ini harga
tiketnya COP 1400. Meskipun terdapat ekspansi TransMilenio, masih banyak rute
utama yang belum tercapai. Problem lainnya adalah bus yang terlalu banyak.
Untuk memecahkan masalah informasi, TransMilenio memiliki petunjuk di website www.surombo.comberisi petunjuk penggunaan bis, peta rute dan lokasi stasiun terdekat.
2). Jalur sepeda di
Bogota disebut “ciclorutas”, merupakan jalur yang ekstensif dibandingkan
kota-kota lain dengan total jalur 303 km yang meliputi dari utara kota, jalan
170, ke selatan kota, jalan 27, dan dari Moserrate di timur ke Sungai Bogota di
barat. Sejak pembangunan jalur ini, penggunaan sepeda bertambah 5 kali di dalam
kota dan diperkirakan terdapat 300,000 sampai 400,000 perjalanan dilakukan
setiap hari di dalam Bogota menggunakan sepeda. Area terbesar penggunaan adalah
di selatan, di area yang lebih miskin. Dari segi ini juga dapat dilihat adanya
tatanan dalam transportasi yang mempermudah warga untuk menentukan sarana
transportasi apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Ø Refleksi
Dengan system transportasi yang baik
akan membuat sebuah kota menjadi lebih baik. Karena masalah-masalah yang ada
dalam sebuah kota tidak dapat kita lihat hanya dari satu titik saja melainkan
harus melalui lingkungan yang ada di sekitarnya. Karena pada dasarnya kota
merupakan sebuah ekosistem. Pengkajian kota sebagai suatu ekosistem tidak dapat
dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu kota.
Dimana seluruh komponen yang ada saling bergantung dan menjalin hubungan yang
bersifat simbiotik. Di dalam ekologi perkotaan The Chicago School
menganalogikan kehidupan perkotaan seperti ekologi. Chicago School mempelajari
lingkungan perkotaan dengan mengombinasikan antara teori dengan etnografi
lapangan. Kota dianggap sebagai ekosistem yang membutuhkan energi untuk
memelihara struktur kota yang tersegmentasi dalam natural areas yang tunduk
dalam hukum suksesi perumahan.
Bogota merupakan kota besar sama
halnya dengan Jakarta namun disini tidak terjadi kemacetan. Hal ini dikarenakan
sistem transportasi yang bagus. Dalam melihat suatu permasalahan kita tidak
bisa memandangnya hanya dari satu titik saja. Bogota tidak terjadi kemacetan
karena transportasi umumnya berjalan dengan baik. masyarakat lebih memilih
menggunakan transportasi umum karena lebih murah dan nyaman. Disini sangat
sedikit warga yang memiliki kendaraan pribadi. Masyarakat Bogota lebih memilih
menggunakan transportasi umum karena banyak jenisnya, keadaan
transportasinyapun terawat sehingga mereka merasa nyaman. Ada beberapa jalur
yang khusus digunakan untuk transportasi tertentu.
Dalam tatanan social yang berbeda
dengan tatanan ekologi, manusia berpartisipasi sebagai individu yang memiliki
kesadaran diri dalam berkomunikasi dengan yang lainnya dan kemudian terlibat
dalam tindakan kolektif. Ada hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya yang mewajibkan manusia untuk selalu hidup berdampingan
serta menjaga keberlangsungan dari lingkungan itu sendiri. Untuk menangani
masalah kemacetan yang terjadi di kota harus ada campur tangan melalui
kesadaran yang ditanamkan pada diri masing-masing individu yang tinggal di
kota.
Kemacetan bisa diatasi dengan adanya
kerjasama antara seluruh komponen baik pemerintah maupun masyarakat.
Transportasi yang baik selain mengurangi kemacetan juga akan mengurang
kecelakaan lalu lintas.
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pembahasan sebelumnya maka dapat kami simpulkan bahwa:
1.
Transportasi
dan tata guna lahan sangat berhubungan erat, sehingga biasanya dianggap
membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud
dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem
transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya.
Sebaliknya, tranportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi
sia-sia, tidak termanfaatkan.
2.
Ada 3 Alternatif
yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan transportasi di perkotaan:
Ø
Perencanaan
Transportasi (Sistem Perjalanan)
Ø
Perencanaan Guna Lahan
(Sistem Kegiatan)
Ø
Meminimalkan
pergerakan dengan aktifitas ruang yang seimbang
Ø
Konsistensi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan
sebelumnya
4.2. Saran
Adapun
saran dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Penulisan
makalah ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran akan arti pentingnya mempelajari tata guna lahan dalam rangka
memahami dan memberi solusi penyelesaian
terhadap permasalahan transportasi sehingga akan bersinergi dengan pembangunan
yang berkelanjutan.
2. Agar tercipta keseimbangan antara manajemen transportasi
dan lahan yang tersedia, maka seyogyanya dapat dilakukan kerja sama yang baik
oleh semua pihak tanpa terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA
Tato, Syahriar. “Tata Guna
Lahan-Sistem Transportasi Sebagai Subsistem Dalam Perencanaan Pembangunan Yang
Berkelanjutan.” http://syahriartato. wordpress.com/2009/12/28/tata-guna-lahan-sistem-transportasi-sebagai -subsistem-dalam-perencanaan-pembangunan-yang-berkelanjutan/ (diakses melalui internet pada tanggal 26 April 2012)
Aanforsmart. “Konsep
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Sebagai Basis Program yang
Berkelanjutan (2).” http://aanforsmart. blogspot.com/2009/07/konsep-pembangunan-berkelanjutan.html (diakses melalui internet pada tanggal 26 April 2012)